Nama-nama Ketua Sinode GMIM
- Ds. E. A. A. D. de Vreede (1934-1935)
- Ds. C. D. Buunck (1935-1937)
- Ds. H. H. van Herwerden (1937-1941)
- Ds. G. P. H. Locker (1941-1942)
- Ds. A. Z. R. Wenas (1942-1951)
- Ds. M. Sondakh (1951-1954)
- Ds. A. Z. R. Wenas (1955-1967)
- Ds. R. M. Luntungan (1967-1979)
- Pdt. Dr. W. A. Roeroe 1979-1990)
- Pdt. K. H. Rondo, M.Th (1990-1995)
- Pdt. Prof. Dr. W. A. Roeroe (1995-2000)
- Pdt. Dr. A. F. Parengkuan (2000-2004)
- Pdt. Dr. A. O. Supit (2004-2009)
- Pdt. Piet Marthin Tampi, S.Th., M.Si. (2010-sekarang)
GMIM berdiri pada tanggal 30 September 1934, di Gereja Sion Tomohon.
Arti Lambang GMIM :
- Burung Manguni melambangkan “Gereja di tanah Minahasa”.
- Warna coklat tua pada gambar burung Manguni melambangkan dewasa dan mandiri, yang mencirikan kehidupan berjemaat dalam GMIM.
- Mawar yang ditempatkan di jantung burung Manguni melambangkan Reformasi. Simbol ini melambangkan Yesus kristus sebagai Pokok Pembaharu Gereja, dan telah digunakan dalam Gereja reformasi sejak abad ke-16.
- Bulatan berwarna biru di dada melambangkan bahwa sebagai Gereja, GMIM diutus ke dalam dunia, sedangkan warna hitam pada salib di tengah hati (jantung) berwarna merah melambangkan pengorbanan kristus yang menjiwai persekutuan, kesaksian dan pelayanan GMIM.
- Warna biru laut melambangkan bahwa GMIM akan tetap menghadapi pergumulan kecil dan besar, sedangkan warna putih melambangkan kekudusan dan kebenaran Injil yesus Kristus.
- Bulan September dalam mana GMIM berdiri sendiri dilambangkan pada Sembilan helai sayap luar. Tanggal peresmian 30 tergambar pada lima kelopak daun dan ujung meruncing yang melingkari jantung. Sedangkan tahun 1934 adalah jumlah keseluruhan helai sayap.
- Pada bagian ekor terdapat masing-masing sepuluh ranting yang menggambarkan keadaan sepuluh wilayah pelayanan GMIM di saat berdiri sendiri, yang terdiri dari sepuluh klasis, dan tetap akan berkembang. Klasis-klasis itu adalah Manado, Maumbi, Tomohon, Tondano, Langowan, Sonder, Ratahan, Amurang, Motoling, Airmadidi dan Manado Kota.
- Keenam ujung tombak yang mengarah ke bawah melambangkan keenam distrik di Minahasa pada waktu Gmim berdiri sendiri, yakni distrik-distrik: Tonsea, Manado, Toulour, Kawangkoan, Amurang, ratahan dalam mana pelayanan GMIM dijalankan.
- Tulisan Gereja Masehi Injili di Minahasa, menyatakan bahwa GMIM hanya berada di tanah Minahasa, walaupun pelayanannya menjangkau seluruh dunia, dan warna hitam pada tulisan itu menyatakan solidaritas sampai akhir.